7bI3M4btFAjoZvrj1vXG5ugzifeiqBRX6VeigjIh
7bI3M4btFAjoZvrj1vXG5ugzifeiqBRX6VeigjIh

Followers

Tengah

Lorem Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Morbi enim nunc faucibus a.
Bookmark

Ustadz Muda

Uztadz Muda oleh Ihzan Zainuddin

Hari-hari ini memang sudah jauh berbeda dari hari-hari yang lalu.

Dahulu di era 90-an, ketika generasi saya masih terhitung sangat jarang yang berkesempatan melanjutkan studi Islamnya ke Timur Tengah, khususnya ke Madinah, terasa sekali betapa berkekurangannya negeri ini terhadap ustadz-ustadz alumni Timur Tengah.

Namun hari-hari ini, saya sendiri merasa negeri ini seperti sudah “kehujanan” alumni Timur Tengah. Hal itu tidak mengherankan, mengingat peluang-peluang untuk melanjutkan studi ke kawasan itu begitu banyak diberikan dan dibuka.

Tentu saja itu adalah sebuah busyra atau kabar gembira bagi perjalanan dakwah di Tanah air. Artinya “tenaga-tenaga muda” alumni Timur Tengah itu akan menjadi sumber daya luar biasa untuk kelanjutan kisah dakwah di negeri ini.

Tetapi…

Tetapi…

Tetapi…

“Ustadz Muda” tetaplah seorang anak muda yang masih harus dimatangkan oleh pengalaman hidup. Terutama pengalaman hidup di atas jalan dakwah. Pengalaman menghadapi realitas dakwah yang tidak tertuang secara tersurat di dalam lembar-lembar kitab tanpa baris dan harakat.

“Ustadz Muda” tetaplah seorang anak muda yang masih muda, meskipun ratusan ayat dan ribuan hadits telah dihafalkannya, puluhan masyayikh telah dihadiri majlis-majlisnya; namun ia tetaplah “masih hijau”, terutama dalam mengendalikan nalar, logika dan perasaannya.

***

Pandangan dan penjelasan para “Ustadz Muda” secara teori mungkin tidak salah dan keliru sama sekali. Nukilan-nukilannya punya basis referensi yang kukuh. Dalil-dalilnya diutarakan dengan sangat fasih. Perkataan-perkataan para ulama dibacakan sebegitu detilnya.

Tetapi…

Dakwah -sekali lagi- adalah juga tentang pengalaman hidup dan interaksi sosial yang panjang. Bukan berarti kita harus meninggalkan nash atau menanggalkan prinsip, karena kita meyakini “Islam itu layak dan pantas memandu hidup di lintas zaman dan generasi manusia”. Tetapi seringkali, kitalah yang salah atau tidak mengerti bagaimana memosisikan dan meletakkan dalil itu.

Seringkali, pemahaman kita terhadap dalil itu sendiri belum begitu dewasa.

Dalil itu tidak keliru. Tapi cara kita memahami dan mendudukkannya yang seringkali tidak matang.

Post a Comment

Post a Comment

Dont Hesitate